MODUL ART THERAPY PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA

MPP, Dewi MODUL ART THERAPY PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA. MODUL ART THERAPY PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA.

[img] Text
Modul Art Therapy.pdf

Download (9MB)

Abstract

Demensia Secara umum diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak. Selain itu demensia merupakan suatu penurunan kualitas intelektual yang disertai gangguan pengamatan, hingga menurunnya daya ingat yang sangat mengganggu kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan berkomunikasi dan berbahasa, serta dalam pengendalian emosi. (Faisal Yatim, 2003) Laporan Departemen Kesehatan RI tahun 1998 mengatakan bahwa peningkatan angka kejadian demensia berbanding lurus dengan meningkatnya umur harapan hidup suatu populasi. Kira-kira 5% usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia menigkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45% pada usia diatas 85 tahun. Penyebab demensia 50 – 60% adalah penyakit Alzheimer. Alzheimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat ditransmisikan sebagaimana mestinya. Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga proses berpikir (Grayson, 2004). Demensia secara umum banyak terjadi pada lansia. Penatalaksanaan demensia dapat dilakukan dengan beberapa intervensi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chertkow, et all, (2008) diakatakan bahawa penatalaksanaan lansia dengan demensia dapat dilakukan dengan cara non farmakologi dan farmakologi. Penatalaksanaan non farmakologi dapat dilakukan intervensi kognitif, intervensi perilaku (behavior management), caregiver intervention programs, stimulasi kognitif seperti memberikan dukungan melalui lingkungan sekitarnya (environment design) dan stimulasi multisensori serta melakukan kegiatan yang dapat membuat mental sehat dan aktif. Peisah, Lawrence dan Reutens (2011) membuktikan dalam penelitiannya bahwa art therapy merupakan suatu terapi yang berfungsi meningkatkan fungsi visuospasial dengan cara menghadirkan benda dengan berbagai variasi dan warna-warna. Disamping itu menstimulasi bagian frontal otak dan identitas diri dengan cara menggambar dan mewarnai gambar sehingga terapi ini dibutuhkan oleh pasien dengan demensia. Bauer (1993) mengatakan bahwa art atau seni adalah alat dalam iterapi pada pasien demensia. Kim (2010) dalam disertasinya mengatakan bahwa menggambar merupakan kegiatan yang dapat membantu menyeimbangkan kemampuan fisik dan mental lansia karena aktivitas menggambar ini akan meningkatkan koordinasi dari gerakan tangan-mata dan bagian lain dari tubuh, modulasi gerakan tubuh dan menyeimbangkan aktivitas antara hemisfer kanan dan kiri dari otak.

Item Type: Article
Subjects: R Medicine > RT Nursing
Divisions: Faculty of Medicine, Health and Life Sciences > School of Medicine
Depositing User: S.Kom Rahmaddika Saputra
Date Deposited: 08 Oct 2019 02:17
Last Modified: 08 Oct 2019 02:17
URI: http://repository.akperykyjogja.ac.id/id/eprint/108

Actions (login required)

View Item View Item